0


Menjadi Pemuda Peka Zaman [3]:
10 Nasihat Dr. Raghib As-Sirjani
10 Nasihat Dr. Raghib As-sirjani Kepada Para Pemuda Islam
Wahai generasi muda Islam yang budiman! Jika kalian bersungguh-sungguh ingin selamat dan sukses di dunia dan akhirat, keinginan harus berubah menjadi sebuah tekad yang jujur dan bulat, lalu beralih kepada tindakan yang nyata. Selanjutnya, terus menerus melakukan perbuatan tersebut.
Bagi orang yang menempuh jalan ini dengan bermalas-malasan, jalannya tidak akan rata dan mulus. Akan tetapi, Allah SWT akan memudahkannya bagi orang yang Dia berikan kemudahan. Allah SWT mengetahui kondisi hati setiap insan. Dia Maha Mengetahui yang rusak dan yang baik. Dan Allah Maha Mengetahui mata yang berkhianat dan segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati.
Jika kalian ingin menyaksikan kejayaan dan kemuliaan umat ini, mengembalikan posisi dan martabat umat agung yang telah lama hilang ini, dan ingin menyingkap tabir kehinaan, kekabutan, serta kerendahan yang melekat pada umat ini, maka lakukanlah sejak sekarang. Jangan kalian menunda-nunda danperlambat lagi, dan jangan mencari-cari alasan karena berbagai aral melintangyang menghadang! Mulailah dari sekarang, niscaya Allah SWT akan membukakanpintu-pintu rahmat dan karunia-Nya kepada kalian!
Sekarang, saya ingin menuliskan sepuluh nasihat secararingkas untuk kalian. Saya menyadari bahwa setiap nasihat perlu dituliskandalam bentuk satu buku khusus dan penjelasan yang terperinci. Akan tetapi, disini saya hanya ingin menuliskan sebatas goresan tinta pena saja. Dan kalianbisa berkarya dan menciptakan hal baru yang lebih spesifik lagi.
Nasihat Pertama: Tinggalkanlah Perbuatan Dosa dan Maksiat, Sekarang Juga!
Barangkali perkara yang paling dahsyat menjerumuskan generasi muda dan kaum muslimin secara umum adalah larut dalam kubangan maksiat. Maksiat adalah sesuatu yang jauh lebih berbahaya bagi manusia dibandingkan serigala yang buas. Jika ia sudah memenuhi hati, ia akan membuatnya terputus dari segala respon positif dari luar dirinya. Jika mendengarkan nasihat dari orang lain, ia tidak menerima. Jika membaca sebuah nasihat ia tidak mengambil pelajaran. Bahkan ketika ia membaca Al-Quran sekalipun, ia tidak bisa khusyuk. Jika ia menyaksikan pemandangan yang menakjubkan, ia memandangnya seolah-olah ia tidak melihat.
Semua ini terjadi akibat larut dalam kemaksiatan. Rosulullah SAW bersabda,
 “Apabila seorang mukmin melakukan dosa, maka sebuah noktah hitam akan menempel di hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkannya dan meminta ampun kepada Allah, niscaya hatinya akan bening. Dan jika ia berbuat maksiat kembali, noktah hitam itu akan semakin banyak menempel di hati, dan itulah ‘penutup hati’ dosa di atas dosa yang disebutkan Allah di dalam kitabnya:
‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu  usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthoffifin: 14)
Wahai generasi harapan! Meninggalkan kemaksiatan lebih didahulukan dari melakukan “Fadha’ilul ‘amal” (amalan-amalan sunnah). Orang yang meninggalkan maksiat dan tidak membaca Al-Quran itu lebih baik daripada orang yang melakukan maksiat dan ia membaca Al-Quran.
Imam Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rosulullah SAW bersabda:
“Jauhilah segala perbuatan yang telah aku larang untukmu,dan lakukanlah perkara yang aku perintahkan kepadamu semampumu. (H.R Al-Bukhori dan Muslim)
Orang yang tetap melakukan maksiat, tidak akan mampu komitmen untuk melanjutkan perjuangan di jalan Allah. Ketika Umar bin Khatthab melepas keberangkatan pasukan Islam yang akan berangkat berperang di jalan Allah, ia berpesan,
“Jangan sekali-kali kalian berbuat maksiat, sedangkan kalian berjuang di jalan Allah”
Maksiat yang paling membahayakan adalah maksiat yang Anda lakukan secara kontinyu. Ini merupakan salah satu indikator jiwa yang rusak. Oleh karena itu, bersegeralah memperbaiki jiwamu yang rusak! Kalau tidak, tahun berganti tahun, sementara kondisimu tetap dalam keadaan seperti itu atau bahkan lebih buruk lagi, dan jalan hidupumu masih seperti itu atau bahkan lebih sesat.
Wahai generasi muda-mudi Islam! Ketahuilah! Bahwa jika engkau meninggalkan maksiat sejak saat ini dan bertekad tidak kembali lagi melakukannya serta menyesali masa lalumu yang suram, sesungguhnya engkau telah membuka lembaran baru yang putih bening dengan Allah, Rabb semesta alam. Sebab, Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa hamba-Nya. Dia menerima taubat para hamba-Nya, Dia menghapuskan kesalahan-kesalahan para hamba-Nya, dan Dia sangat dekat dengan hamba-hamba-Nya yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.
Bersungguh-sungguhlah! Jangan engkau menunda pelaksanaan taubatmu, dari hari ini ke hari esok! Bahkan, jangan engkau menunda taubatmu sejak saat ini ke saat berikutnya! Karena, bisa jadi nafasmu yang baru saja keluar tidak kembali lagi, nyawamu terlebih dahulu berpulang ke haribaan pemilik-Nya hanya dalam sesaat sebelum engkau bertaubat. Bagaimanapun kematian merupakan hal yang tak bisa ditunda-tunda.
Allah memuji para hamba-Nya yang bertaubat di dalam firman-Nya:
“Yang kemudian mereka bertaubat dengan segera” (An-nisa: 17)
Maksudnya adalah bahwa jarak taubat itu sangat dekat dengan dosa, sehingga seorang hamba tidak akan betah berlama-lama dalam kubangan dosa dan kemaksiatan.
Perbanyaklah memanjatkan doa sedaya mampumu agar Allah SWT mengampuni dosa-dosamu, menutup aib, dan kesalahanmu. Karena Dia sangat dekat dengan para hamba-Nya. Dan sudah barang tentu Allah akan mengabulkannya. Diantara indikatornya adalah Anda merasa ringan melakukan amal saleh dan antusiasterhadap ketaatan, sangat berkeinginan melakukan amal kebaikan, merasa takut dan was-was dari akibat maksiat yang telah dilakukan, dan kekhusyukan diriketika mendengarkan peringatan dari Al-Quran, hadits, dan ilmu pengetahuan agama.
Jika engkau merasakan hal tersebut dalam dirimu, perbanyaklah bersyukur kepada Allah SWT, karena Dia telah menyadarkan hatimu. Dan segeralah beramal saleh supaya engkau bisa memelihara kebeningan dan kesucian ini.
Namun, jika engkau belum merasakannya, periksalah kembali kondisimu. Barangkali tanpa sadar engkau masih tetap melakukan maksiat, baik yang lahir maupun yang tersembunyi. Bisa jadi, maksiat ini berupa pandangan mata yang liar, menggunjing orang lain, karena lagu-lagu yang tidak diperbolehkan, karena kedurhakaan—meskipun kecil—kepada kedua orang tua, karena kesombongan yang hanya sebesar biji dzarrah, atau dosa-dosa lainnya.
Waspadalah terhadap dosa-dosa kecil! Sebab, ia merangsek masuk ke dalam hati, lalu ia semakin banyak hingga semakin membesar seperti gunung.
Ingatlah hadits Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh ImamAhmad dari Sahl bin Sa’d, berkata,
“Rosulullah bersabda, ‘Peliharalah dirimu dari dosa-dosa kecil, karena ia laksana suatu kaum yang menyusuri suatu lembah;yang satu datang dengan membawa kayu bakar (untuk memasak), dan yang satu lagidatang membawa kayu bakar yang lain, hingga mereka memasak roti mereka. Apabila seseorang terperangkap dalam jeratan dosa-dosa kecil, niscaya ia akan membinasakannya’. “ (H.R Ahmad)
Dosa-dosa kecil adalah dosa-dosa yang dianggap kecil oleh manusia, karena menurutnya hal itu sangat sepele. Sehingga ia pun memenuhi dirinya dan akhirnya membinasakannya. Kita memohon kepada Allah agar Dia menganugerahkan nikmat kesehatan kepada kita dan kepada segenap kaum muslimin.
Nasihat Kedua: Kenalilah Agamamu!
Bagaimana mungkin Anda akan komitmen dengan satu agama sementara Anda sendiri tidak mengenalinya? Bagaimana Anda akan berpegang teguh kepada sunnah, ajaran, dan manhaj (sistem) sementara Anda tidak mengetahui asal-usulnya? Bagaimana mungkin Anda bisa berjalan di atas jalan sementara Anda tidak memahami rambu-rambunya?
Selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun Anda belum mengenali agama Anda sesuai dengan yang semestinya. Sehingga, bukankah sudahsaatnya Anda untuk membaca dan belajar?
Agama Islam adalah agama yang agung. Segala sudut dan dimensi agama ini sangat agung. Tidak seorang manusia pun yang dapat mengetahui kadar keagungannya. Ia adalah agama yang tertata rapi, yang diatur oleh Allah, Rabb semesta alam. Allah menjadikannya penuh kesempurnaan, dan Dia melengkapinya tanpa ada sedikit pun kekurangan. Dia menjadikannya sebagai nikmat yang paling besar untuk segenap kaum muslimin. Allah SWT berfirman:
“Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dantelah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadiagamamu.” (Al-Ma’idah: 3)
Supaya engkau mengetahui apa-apa dari agama Islam ini yang akan menjadikan agama dan duniamu menjadi baik dan sempurna. Sumbangkanlahwaktu yang cukup dan kerja keras yang tulus agar engkau meraih apa yang sesungguhnya ingin diperoleh.
Khazanah ilmu-ilmu Islam tak akan habis. Karya-karya ulama mengenai agama ini hampir tidak terhitung untuk mengenali orang yang akan mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan Islam kepadamu. Anda perlu melangkah pelan-pelan, supaya Anda tidak linglung pada jalan yang bercabang-cabang.
Engkau bisa memulai petualangan penghambaanmu bersama Al-Quran dan tafsir kecil, serta dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang mulia beserta penjelasannya secara singkat. Karena, kedua narasumber ini adalah pondasi berdirinya agama ini secara kokoh.
Selanjutnya, engkau boleh menggali semua ilmu-ilmu Islam namun secara perlahan dan tidak berlebihan. Karena agama ini sangat lembut, maka engkau harus berinteraksi dengannya dengan penuh kasih sayang. Hendaknya engkau membuat—dengan bantuan salah seorang ulama—jadwal pengajian yang jelas yang mencakup kajian akidah, akhlak, fikih, sirah, muamalah, dan sebagainya.
Kerahkanlah perhatian khusus terhadap sirah Nabi Muhammad SAW. Sebab, sirah hidup beliau adalah contoh praktis yang konkrit dan nyata dari Al-Quran Al-Karim. Ia merupakan panutan keteladanan dari setiap sisi agama ini, baik yang kecil maupun yang besar.
Di samping itu, engkau juga harus mengkaji sirah para sahabat Rosulullah SAW yang mulia—semoga Allah meridhai mereka semua. Karena, merekalah yang telah menyampaikan ajaran agama ini kepada kita dan telah menerapkannya dengan sangat baik dan sempurna. Di samping itu, merekalah orang-orang yang dipilih Allah SWT untuk mendampingi Nabi-Nya dan untuk mengemban risalah Islam setelah beliau.
Kemudian, engkau boleh beralih guna menyelami sejarah Islam. Dengan catatan mengkajinya dari sumber rujukan yang jelas tanpa ada yang diubah atau diselewengkan. Engkau akan mengalami kesulitan melakukannya, jika Anda tidak meminta bantuan kepada yang berpengalaman (pakar sejarah).  Sebab, sejarah yang diputarbalikkan jauh lebih banyak daripada sejarah yang tertata rapih, akurat, dan tidak diubah.
Beginilah semestinya wahai para pemuda! Anda harus rela mengorbankan waktu yang cukup banyak dan usia yang cukup panjang guna merealisasikan sisi ini dalam hidupmu. Oleh karena itu, sangatlah tidak layak jika Anda masih menyia-nyiakan waktumu meskipun hanya dalam beberapa menit—apalagi jika sampai beberapa jam atau beberapa hari—di depan layar televisi, di ruangan billiar, berjalan tanpa tujuan yang jelas, atau duduk-duduk (nongkrong) di warung-warung kopi dan kafe-kafe.
Dalam setiap satu menit, sebenarnya Anda bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat. Oleh karena itu, manfaatkanlah waktumu dan kerahkanlah semangatmu dalam menuntut ilmu sedaya mampumu. Ketahuilah! Bahwa jalan menuntutilmu merupakan salah satu jalan menuju surga.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata,
“Rosulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga’”. (H.R Muslim)
Nasihat Ketiga: Tambatkanlah Hatimu Dengan Masjid!
Masjid merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam membentuk generasi muda Islam yang unggul. Melakukan shalat secara berjamaah, bukan hanya untuk memperbanyak pahala dan kebajikan saja. Akan tetapi, Allah memperbanyak pahala dan kebajikan shalat berjamaah karena untuk memberikan motivasi supaya Anda gemar ke masjid.
Masjid merupakan sarana untuk melindungi setiap individu dan masyarakat. Orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid, ia telah berhasil menjaga stamina keimanan dan ketakwaannya. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman:
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.”
(At-taubah: 18)
Orang yang senantiasa melakukan shalat di masjid dan memakmurkan masjid adalah orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat. Di samping itu, ia juga membantu saudara-saudaranya untuk tetap konsisten dengan keimanan. Jika pada suatu saat ia atau mereka futur (kondisi imannya lemah), mereka akan saling membantu.
Dan di atas semua itu, konsentrasi dan kekhusyukan orang yang melakukan shalat di masjid jauh lebih baik daripada di rumah. Oleh karenaitu, pahalanya juga lebih banyak dan manfaat yang diperoleh dari shalat tersebut juga lebih besar. Demikianlah, bahwa manfaat melakukan shalat dimasjid tidak dapat dihitung-hitung.
Jika hal ini ditambah lagi dengan menghadiri majelis-majelis ilmu—(jika ada), juga majelis-majelis hafalan Al-Quran, serta mendengarkan beberapa nasihat ringan (kultum) yang terkadang disampaikan setelah melakukan shalat, maka hal ini akan membuatmu benar-benar terpaut dan terikat—baik secara lahir maupun batin—dengan masjid. Sehingga, pada akhirnya semua ini menopang kekokohanmu sebagai individu muslim yang saleh.
Oleh karena itu, Allah SWT memberikan balasan kepada orang yang memelihara shalat berjamaah di masjid dengan balasan yang sangat besar dan berlipat ganda. Meskipun bentuk dan tata cara shalat yang ia kerjakan di masjid sama persis dengan bentuk dan tata cara yang ia lakukan di rumah, namun bedanya adalah bahwa di masjid shalat dilakukan dengan berjamaah.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin Khatthab bahwasanya Rosulullah bersabda,
“(Pahala) shalat berjamaahlebih banyak dari dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (H.RAl-Bukhari dan Muslim)
Imam Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Barang siapa yang berangkat menujumasjid—baik di pagi maupun di sore hari—maka Allah akan menyediakan rumah besaruntuknya di surga setiap kali ia berangkat.” (H.R Al-Bukhari dan Muslim)
Nasihat Keempat: Jadilah Pemuda Berprestasi
Banyak pemuda berkeyakinan, bahwa jika saya memintanya untuk komitmen dengan ajaran agamanya dan konsisten dengan Islam, maka ini berarti ia harus melakukan iktikaf di masjid, konsisten untuk membaca Al-Quran, berzikir,dan melakukan shalat. Kemudian ia tidak peduli dengan sekolah atau kuliahnya dan menjadikannya dalam daftar prioritas yang paling terakhir dengan anggapan jalan menuju surga hanya dengan mempelajari ilmu agama secukupnya, titik!
Jelas, yang demikian ini hanyalah merupakan kekeliruan besar dan kesalahan yang nyata. Berprestasi di bangku sekolah atau kuliah merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Islam.
Pembagian negara di dunia ini hanya ada dua bagian, yakni negara maju dan negara terbelakang, diukur dari potensi keilmuan (pendidikan) dan hasil ciptaannya. Sungguh, sangat tidak masuk akal jika umat yang undang-undang kehidupannya dimulai dengan kalimat, “Bacalah…” digolongkan sebagai umat terbelakang dari sisi keilmuan dan pendidikan.
Hati sanubari saya sangat miris jika melihat pemuda yang kuat agamanya, gemar membaca Al-Quran, melakukan shalat dengan penuh kekhusyukan, dan berdakwah di jalan Allah, namun ia mengalami kegagalan; ia paling tidak hampir lulus atau tidak lulus sama sekali, ia menempati posisi yang paling belakang dalam prestasinya.
Sementara itu, prestasi mahasiswa penganut paham sekulerisme, kaum nasrani atau orang-orang yang nyeleneh, berada pada posisi teratas.
Apakah ini makna kepahaman terhadap agama? Apakah ini makna kepahaman terhadap Islam? Tentunya, Islam sangat bertentangan dengan pemahaman seperti ini. Islam adalah agama yang mengajak pemeluknya berprestasi dalam setiap bidang spesialisasi hidup dan profesional dalam setiap pekerjaan.
Jika engkau berkeinginan—wahai generasi muda-mudi islam yang budiman—Untuk memperbaiki dan meninggikan kondisi umat ini, maka engkau harus memperhatikan studi dan prestasimu lebih dari orang lain.
Hendaknya para pemuda mengetahui bahwa apa yang kita inginkan bukan hanya sekadar dokter, insinyur, guru, atau ahli kimia saja. Akan tetapi, yang kita inginkan adalah dokter yang pakar, insinyur yang ahli, guru yang cerdas, dan ahli kimia yang pakar. Inilahyang kita inginkan.
Ketahuilah dengan penuh keyakinan! Bahwa jika Anda bersungguh-sungguh meninggikan derajat umat ini lewat prestasimu, ini menjadi pemberat timbangan kebaikan Anda yang tidak terhingga.
Kita memohon kepada Allah SWT, semoga generasi muda kita selalu berprestasi dan unggul di bangku sekolah dan kuliah.
Nasihat Kelima: Sambunglah Tali Silaturahim!
Pada hakikatnya masyarakat Islam pada akhir-akhir ini hidup di tengah-tengah krisis social yang sangat menganga dan berbahaya, yakni krisis perpecahan yang menjadikan masyarakat besar menjadi keluarga yang kecil. Tali persatuan setiap keluarga dipotong-potong menjadi sepuluh—bahkan seratus—bagian.
Bulan berganti bulan dan beberapa tahun pun berlalu, terkadang seorang muslim tak pernah menanyakan perihal saudara-saudaranya, seorang paman tak pernah menanyakan perihal keponakannya, atau seorang pemuda tak pernah menanyakan perihal paman (baik dari pihak bapak maupun dari pihakIbu) atau anak-anak pamannya. Beginilah seterusnya.
Putusnya tali silaturahim dan kerenggangan yang melanda umat ini akan menimbulkan berbagai malapetaka dan bencana. Masyarakat yang rapuh dan keropos tak akan bisa bertahan di tengah-tengah terjangan badai krisis yang sangat berbahaya. Baik itu krisis yang akan membumihanguskan umat ini secara keseluruhan atau krisis yang hanya akan membinasakan individu-individu saja.
Orang yang pertama kali bertanggung jawab mendekati orang-orang yang diterpa krisis seperti ini adalah mereka yang masih mempunyai hubungan atau ikatan kerabat dengan orang-orang tersebut, baik karena hubungan ini sudah terputus, ikut berang tentu hubungan yang lainnya juga sudah terputus. Tetangga memutuskan tali silaturahim dengan tetangganya, teman seprofesi memutuskan hubungan dengan rekannya, seorang muslim di salah satu negeri memutuskan tali silaturahim dengan saudaranya di negeri jiran. Dan beginilah seterusnya.
Oleh karena itu, Allah SWT sangat mengagungkan perkara silaturahim ini. Bahkan Dia mengaitkannya dengan hubungan dengan-Nya.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah R.A yang berkata,
“Rosulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah menciptakan seluruh makhluk, hingga ketika selesai penciptaan, maka rahim berdiri, lalu memegang pinggang Ar-rahman. Maka dia berfirman kepada Rahim, ‘Ada apa?’ lalu Rahim berkata, ‘Ini adalah tempat berlindung bagi orang yang berlindung kepada-Mu dari pemutusan kekerabatan.’ Allah menjawab, ‘Ya, apakah kamu tidak rela bila Aku menyambung hubungan dengan orang yang telah menyambungmu dan memutus hubungan dengan orang yang memutusmu? ‘Ia menjawab, ‘Tentu saja.’ Allah berfirman, ‘Yang demikian itu adalah hakmu’.”


Kemudian Rosulullah SAW bersabda, “Jika kalian mau, bacalah firman Allah SWT:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikanAl-Quran ataukah hati mereka terkunci’.” (Muhammad: 22-24)
Jika para orang tua kita sudah terbiasa berpecah-belah dan memutuskan hubungan kekerabatan, maka peranan para pemuda yang jujur dan tulus adalah memainkan peranan baru untuk menyambungkannya kembali. Setiap pemuda bersungguh-sungguh memainkan peranan untuk menjalin dan menyambungkan hubungan kekerabatan, serta mengatasi problematika yang terjadi di antara mereka sedaya mampunya. Hingga, keluarga ini saling menopang dan menjadi besar, dan selanjutnya seluruh masyarakat saling menopang dan bersatu.
Di sini saya ingin menyampaikan satu pesan penting di telinga para pemuda. Meskipun kalian sudah dewasa (besar), kalian tetap tidak boleh bersikap angkuh dan sombong kepada orang tuamu!
Ada sebagian pemuda yang melihat postur tubuhnya besar, prestasi kuliahnya bagus, lalu ia beranggapan bahwa ia sudah menjadi setara dengan bapak dan ibunya. Tidaklah kalian mengetahui bahwa sangat mustahil seorang pemuda akan setara dengan ibu yang melahirkannya atau dengan bapak yang mendidiknya.
Saat ini, bukan tempat yang tepat untuk menjelaskan manfaat berbakti kepada kedua orang tua. Akan tetapi, di sini cukuplah kita sebutkan bahwa Allah SWT menghubungkan antara ketaatan kepada kedua orang tua dengan beribadah kepada-Nya. Kemudian, Allah memerintahkan untuk tidak melanggar perintah mereka berdua dan tidak membuat keduanya marah. Meskipun hanya dengan satu kalimat atau meskipun keduanya bukan muslim. Kecuali jika keduanya menyuruh sang anak menyekutukan Allah SWT, maka ketaatan di sini dihapuskan. Namun, berbakti dan berbuat baik kepada mereka berdua tetap harus dijalankan.
Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.”
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(Luqman: 13-15)
Rosulullah SAW sendiri mengaitkan antara masuk surga dengan berbakti kepada kedua Ibu Bapak sebagaimana dalam beberapa hadits beliau. Diantaranya adalah seperti hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah R.A, dari Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau bersabda,
“Orang yang berjumpa dengan kedua orang tuanya di kala berusia senja; salah satu atau keduanya, tetapi ia tidak masuk surga (dengan berbakti kepadanya.) [H.R Muslim]
Nasihat Keenam: Selektiflah Dalam Memilih Teman!
Meskipun stamina keimananmu terasa sudah mantap, tetapi jika engkau bergaul dengan orang-orang yang tidak baik, hal tersebut akan mengembalikan kondisimu ke titik permulaan atau bisa jadi ke titik yang paling rendah. Janganlah sekali-kali engkau berkata,
“Saya akan menjaga diri dan saya tidak akan terpengaruh dengan mereka.” Sekali-kali jangan engkau pernah berkata demikian. Karena, sesungguhnya akhlak, agama, dan tabiat seseorang serupa/diukurdengan akhlak, agama, dan tabiat temannya.
Gambaran seperti ini telah disebutkan oleh baginda Rosulullah SAW dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad, dari Abu Hurairah SAW yang berkata,
“Rosulullah SAW bersabda, ‘Agama seseorang serupa/diukur dengan agama (kondisi) temannya, hendaknya setiap kamu memperhatikan siapa temannya’.”
(H.R At-Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad)
Apabila Anda ingin menginginkan jalan yang jelas untuk meraih surga, maka Anda harus bergaul dengan teman yang baik! Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar SAW yang berkata,
“Rosulullah SAW bersabda,‘Barangsiapa yang ingin masuk ke dalam surga, hendaknya ia komitmen berjamaah’.” (H.R Ahmad)
Apabila Anda ingin menang melawan setan, tidaklah tepat jika Anda memeranginya sendirian. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar R.A yang berkata,
“Rosulullah SAW bersabda, ‘Peliharalah dirimu dari berpecah belah, karena sesungguhnya setan bersama orang yang sendirian, dan ia akan lebih jauh (menjauh) dari dua orang’.” (H.R Ahmad)
Aturan yang pasti bagi yang ingin meninggikan derajat dan martabat umatnya, ia mesti terbina dalam pergaulan yang baik, pergaulan yang senantiasa mengingatkan Anda akan kebaikan. Jika Anda lalai dari waktu shalat, mereka mengingatkanmu. Jika Anda lupa melakukan rutinitas membaca Al-Quran, mereka mengingatkanmu. Jika Anda memerlukan bantuan dalam belajar dan memperoleh pelajaran atau penjelasan tambahan, mereka akan membantumu. Dan jika Anda dilanda krisis, mereka akan menolongmu.
Sistem hidup mereka adalah Islam dan petunjuk hidup mereka adalah Al-Quran. Tabiat mereka adalah kasih sayang, lemah lembut, murah hati, sabar, dan toleran. Cara berpikir mereka sangat dalam dan uslub (gaya hidup) mereka sangat sederhana.
Mereka sangat peduli dengan masalah yang menimpa kaum muslimin, sering membantu orang banyak dan mereka menyeru di jalan Allah dengan ilmu dan penuh kesadaran. Mereka berbakti kepada kedua orang tua mereka, menyambung tali silaturahim, menyayangi orang yang lebih muda dari mereka, menghormati orang yang lebih tua, profesional dalam bekerja, dan berprestasi dalam studi.
Merekalah sahabat dan teman sejati yang akan menyelamatkanmu dan mengajakmu menuju keberhasilan. Apakah kalian mengira, mereka hanya ada di alam khayalan dan mimpi belaka serta tak ada di alam nyata? Demi Allah ,sekali-kali tidaklah demikian! Mereka ada di tengah-tengah kita. Kebaikan senantiasa menyertai umat Nabi Muhammad SAW hingga hari kiamat.
Namun, pemuda yang larut dalam pergaulan yang tidak baik, mata telah tertutup. Ia hanya melihat yang buruk-buruk saja. Akan tetapi, kalau hijab pergaulan buruk itu diangkat, niscaya ia akan melihat para pelaku kebaikan dan kebahagiaan. Niscaya ia akan selamat dan mereka semua juga akan selamat.
Saya memohon kepada Allah SWT, agar Dia mempertautkan hati kaum muslimin dan menyatukan barisan mereka.
 Nasihat Ketujuh: Peduli Terhadap Realitas Hidup Ummat!
Sebagian generasi muda yang komitmen dengan ajaran Islam, terlalu disibukkan dengan hanya mempelajari ilmu agama dan ilmu pelajaran. Sementara itu, mereka lupa mengkaji realitas hidup mereka yang sesungguhnya. Ia hidup di sebuah pulau yang terpisah di tengah-tengah laut yang luas dengan hantaman ombak yang bertabrakan.
Wahai para pemuda! Sangatlah mustahil mengubah kondisi umat ini, kecuali jika kalian benar-benar mengetahui realitas hidup mereka yang sesungguhnya. Maksud saya di sini adalah, realitas hidup bukan hanya sebatas kondisi sekolah dan kampus tempat kalian belajar, serta bukan hanya sebatas kondisi negara yang Anda berdomisili. Namun, yang saya maksudkan adalah realitas umat Islam secara keseluruhan, kondisi mengenai dunia ini.
Seseorang yang ingin melakukan perubahan, tidak akan konsisten dengan tujuannya jika tak punya kepedulian untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dilalui umatnya dan kondisi lingkungan masyarakat sekitarnya. Rosululullah SAW selalu menghubungkan kaum muslimin dengan berbagi peristiwa yang sedang terjadi di muka bumi. Bahkan ketika kondisi kaum muslimin masih lembah dan sedikit, beliau membicarakan kerajaan Kisra dan Kaisar kepada mereka. Selain itu, tentang bangsa Persia, kondisi kota, dan gaya pemerintahannya. Dan juga tentang bangsa Romawi, istana-istana, dan sistem kerajaan di sana. Beliau juga membicarakan negara Yaman, Habasyah (Ethiopia), Mesir, dan Bahrain kepada mereka.
Begitulah seterusnya. Seorang muslim melihat dunia ini secara integral dan universal. Ia melihat orang-orang di sekitarnya sehingga mengetahui posisinya dan posisi orang lain. Selain itu, ia juga mengetahui perangkat-perangkat yang diperlukan realitas hidupnya di kala itu.
Dengan demikian, seorang pemuda yang cerdas, paham, dan matang, mesti mengikuti berita dunia dengan seluruh kondisinya secara teratu rdan rutin. Ia bisa membaca Koran yang beragam, bisa mengkaji kondisi politik, ekonomi, social, serta perubahan-perubahan mendasar yang terjadi pada masa hidupnya. Ia juga bisa aktif mendengar siaran berita internasional sehingga mengetahui beberapa pendapatan orang, lalu ia mendiskusikan, menganalisis, bertanya, dan menyimpulkan hasilnya. Dengan begini, seorang pemuda benar-benar respek dengan realitas hidup dan realitas agamanya.
Di atas pundak kepribadian muslim yang sempurna seperti inilah umat Islam akan berdiri kokoh dan kuat.
 Nasihat Kedelapan: Jadilah Seorang Olahragawan!
Di antara karakteristik seorang pemuda Islam sejati adalah tubuh yang kuat, kesehatan yang normal, dan postur yang kokoh. Umat ini membutuhkan tubuh-tubuh yang sehat sebagaimana kebutuhan mereka akan akal yang sehat.
Berjihad di jalan Allah tak akan terlaksana kecuali dengan tubuh yang kuat. Pukulan keras yang dilakukan Muadz bin Amr bin jamuh R.A kepada Abu Jahal hanya akan dilakukan oleh tangan seorang olahragawan sejati.
Wahai sobat pemuda yang budiman! Anda harus memilih olahraga yang bermanfaat, yakni olahraga yang memberikan manfaat dan kemajuan untukmu dan untuk umatmu. Seperti berenang, memanah, olahraga bela diri dengan berbagai jenisnya (seperti karate, silat, taekwondo, dan sebagainya); olahraga menguji kekuatan, angkat berat, dan menunggang kuda. Serta masih banyak lagi olahraga yang bermanfaat untuk tubuh, akal, dan masyarakat.
Seandainya saja para pemuda kita berkonsentrasi untuk menjalani sebuah olahraga tertentu, sehingga ia benar-benar ahli. Betapa indahnya Anda berprestasi pada cabang olahraga tertentu, daripada Anda setiap bulan selalu mengocek kantong untuk permainan yang beragam.
Kemudian, Anda juga harus meminimalisir frekuensi buku yang Anda baca mengenai olahraga dan juga frekuensi menyaksikan pertandingan.
Sesuatu hal yang sangat disayangkan adalah, kita hanya gemar membaca dan menyaksikan olahraga tetapi kita tidak pernah melakukannya. Ini adalah kelalaian yang sangat jauh. Berolahraga merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat.
Akan tetapi, ia tak akan memberikan manfaat—bahkan akanberbahaya—jika Anda meluangkan waktu yang cukup panjang hanya untuk menyaksikan analis strategi sepak bola klub tertentu, atau hanya untuk menyaksikan daftar harga transfer para pemain bola dan perundingan yang terjadi si Fulan dengan si Fulan, atau hasil pertandingan sepak bola di Liga Spanyol, Italia, Inggris, atau hal lain yang sangat tidak bermanfaat dan tidak berguna. Padahal semua ini tidak akan menumbuhkan semangat kerja yang tinggi, bahkan sedikit pun.
Ketahuilah! Bahwa olahraga hanyalah sekedar sarana, bukan tujuan. Oleh karena itu, Anda tidak perlu meluangkan waktu yang cukup banyak hanya untuk hingar bingar olahraga. Sebab, masih banyak pekerjaan penting yang harus Anda kerjakan pada hari ini. Dan semuanya memerlukan waktu, pikiran, dan kerja keras.

Nasihat Kesembilan: Ajaklah Orang Lain!
Jika engkau telah mengecap keindahan dan manisnya agama ini dan indahnya komitmen dengannya serta kenikmatan taat kepada Allah, Rabb semesta Alam; jika engkau telah merasakan rasa tanggung jawab yang ditugaskan di pundak para generasi muda untuk memperbaiki kondisi umat Islam, bahkan untuk menunjuki seluruh penduduk bumi; jika engkau menyadari betapa tragisnya kondisi hidup orang lain karena jauh dari Allah dan tidak mengindah ajaran Kitabullah,dan jika Anda merasakan semua itu, ini janganlah engkau melupakan teman-temanyang dulu bersamamu sebelum engkau merengkuh hidayah dan menempuh jalan ini! Ajaklah mereka ikut serta dalam bahtera hidayah bersamamu!
Kunjungi dan ajaklah orang-orang yang kalian kenal dan sobat-sobat! Kalian punya rekan-rekan di sekolah, di kampus, atau di kantor. Anda juga punya rekan-rekan di sekitar tempat tinggalmu juga di klub, di jalan, di jaringan internet.  Anda juga punya teman yang sedang bepergian (merantau), dan yang tinggal di negerimu. Dan Anda juga punya teman-teman yang telah tamatdari kampusmu dan mereka sudah mendapat pekerjaan. Kunjungilah mereka dan ajaklah mereka menaiki bahtera kebaikan yang Anda selami!
Katakanlah kata-kata yang baik! Berikanlah hadiah kepada mereka, berupa kaset atau buku saku Islami! Kirimkanlah sms atau email kepada mereka. Hubungilah mereka melalui telepon atau handphone! Ajaklah mereka menghadiri majelis-majelis pengajian! Beritahukanlah kepada mereka acara keagamaan yang baik dan bagus! Ikut sertakanlah mereka dalam berlangganan rutin media islami, baik berupa Koran, tabloid ataupun majalah!
Lakukanlah sesuatu, apa saja! Ini adalah hak persaudaraan,  hak persahabatan, dan hak Islam. Ajaklah mereka menempuh kehidupan yang sesungguhnya seperti yang Anda ketahui! Coba bayangkan! Anda akan memperoleh pahala dari setiap amal kebaikan yang mereka lakukan, persis seperti pahala yang mereka peroleh! Sebab, Andalah yang telah membimbing mereka melakukan kebaikan ini.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Buraidah bin Hashib SAW bahwaRosulullah SAW bersabda:
“Orang yang memberi petunjuk pada kebaikan seperti orang yang melakukannya” (H.R Ahmad)
Oleh karena itu, Allah SWT berfirman:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?’.” (Fushilat:33)
Nasihat Kesepuluh: Atur dan Rapikanlah Waktumu!
Ketahuilah! nasihat ini—meskipun sebenarnya sangat sederhana, namun pada hakikatnya—sangat sulit. Banyak sekali para pemuda yang diterpa dengan masalah ini. Mereka merasakan, bahwa satu hari itu tidaklah cukup untuk melakukan apa-apa. Padahal Allah SWT telah memberikan waktu yang cukup kepadamu untuk melakukan tugas-tugas yang Dia perintahkan kepadamu. Namun, dengan syarat engkau harus mengatur dan merapikan waktumu.
Kalian harus membuat perencanaan yang matang guna merealisasikan setiap kebaikan yang telah kita bicarakan ini—dengan izin Allah. Ada waktu untuk ke masjid serta ada waktu untuk belajar. Selain itu, ada waktu untuk membaca buku-buku agama, membaca bacaan umum (bebas), silaturahim, hiburan yang diperbolehkan, dan seterusnya. Kalian harus mengetahui apa yang ingin dilakukan pada setiap hari, apa yang ingin dilakukan esok harinya, dan apa yang ingin dilakukan pada beberapa hari, bulan, atau tahun yang akan datang.
Tentukanlah tujuan dan targetmu. Susunlah prioritas aktivitas yang ingin Anda kerjakan. Buatlah program yang bersifat temporal dan Anda harus segera melaksanakannya serta jangan sekali-kali menundanya! Disamping itu, buatlah waktu-waktu untuk mengevaluasi, mengoreksi, meluruskan, dan betulkanlah jadwal program dan aktivitasmu sesuai dengan kebutuhan!
Mintalah petunjuk dan nasihat kepada orang-orang yang lebih dulu menempuh jalan hidup yang hakiki dan mintalah saran kepada orang-orang yang bergelut di jalan dakwah, dalam bekerja, di bidang spesialisasi pekerjaan, dan yang lainnya! Mulailah dari titik finish orang lain serta jangan malu bertanya! Sebab, obat bagi orang bodoh adalah bertanya.
Jangan pernah merasa sia-sia jika jadwal aktivitas yang engkau buat dan aturan waktumu tidak berjalan serta gagal. Karena, setiap manusia akan mengalami kegagalan dan keberhasilan. Akan tetapi, ambillah pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang pernah engkau buat dan mulailah lagi. Insya Allah, Dia senantiasa bersamamu dan Dia sama sekali tidak akan mengurangi pahala amal perbuatanmu.
Ingat dan pahamilah bahwa modal utama bagimu dalam hidup ini adalah usiamu! Berhati-hatilah jika sebagian usiamu telah berlalu dalam kelalaian! Jangan biarkan semuanya sampai seperti itu, namun waspadalah selalu!
Sebab, yang sudah berlalu, tak akan pernah kembali hingga hari kiamat.
Mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah! Ingatlah, jika engkau telah mengetuk pintu Sang Maha Pengasih agar Dia menolongmu, niscaya Dia tidak akan menyia-nyiakanmu! Namun, Dia akan membukakan pintu-pintu kebaikan, rahmat kepadamu, membimbingmu kepada jalan keselamatan, serta tidak menunjukimu menuju kebenaran dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(Al-Ankabut:69)


file:///H:/MenjadiPemudaPekaZaman[3]10Nasihat Dr. Raghib As-Sirjani_The Truth.htm

Post a Comment

 
Top